

Pengelolaan irigasi bagi pertanian merupakan salah satu syarat utama terciptanya hasil pertanian yang baik. Hal ini disadari betul oleh Pemkab Ngawi yang focus untuk membangun pertanian sebagai base format dalam pembangunan. Untuk itu, pembangunan sarana dan prasarana irigasi terus dilakukan. Disamping itu, letak geografis Kab. Ngawi yang sebagian terdiri dari dari pegunungan kapur di sebelah utara menciptakan problema tersendiri bagi ketersedian air pertanian
Ketersedian air yang tidak merata antar daerah di Ngawi inilah yang mendorong Pemkab Untuk mengadopsi SRI atau System of rice intensification. SRI merupakan salah satu pendekatan dalam praktek budidaya padi yang menekankan pada manajemen pengelolaan tanah, tanaman dan air melalui pemberdayaan kelompok dan kearifan lokal yang berbasis pada kegiatan ramah lingkungan atau secara sederhana bisa diartikan teknik budidaya pertanian yang non konvensional yang mampu menawarkan hemat air, benih dan pupuk dengan budidaya padi.
Sebenarnya system SRI ini telah diterapkan oleh Pemkab dan masyarakat Ngawi beberapa tahun yang lalu akan tetapi cakupannya masih terbatas pada daerah tertentu. Setelah mengetahui hasil yang cukup memuaskan dari SRI, Pemkab Ngawi berencana mengembangkannya dalam skala luas dan itu juga berarti melakukan rehabilitasi jaringan irigasi skala luas pula. Hal inilah yang terungkap pada acara penerimaan tim monitoring persiapan tanam SRI skala luas dan Rehabilitasi Jaringan Irigasi yang dilaksanakan di b alai Desa Geneng, Kec. Geneng (29/01/2010).
Menurut Dirjen Pengairan dari Bappenas yang juga merupakan ketua tim monitoring, Dr. Ir. Doni Assegaf, “Semua kebijakan Pemerintah terkait pertanian ujung tombaknya adalah masyarakat desa, karena implementasi kebijakan pertanian ada di desa. Untuk itu Pemerintah akan terus memberikan bantuan dan monitoring secara berkala dengan turun langsung ke Daerah, ke desa desa dimana SRI diterapkan. Beliau juga mengapresiasi positif kegiatan tanam SRI skala luas karena selain mendukung ketersediaan pangan secara nasional juga memberikan solusi positif bagi permasalahan pertanian.
Sementara itu Wakil Bupati Ir. Budi Sulistyono mengemukakan, manajemen air adalah solusi bagi permasalahan pertanian di Ngawi. Karakteristik air dimana pada musim penghujan Ngawi identik dengan banjir tidak diimbangi pada musim kemarau dimana air benar benar mengering dan tidak menyisakan sedikit pun untuk pertanian. Untuk itu, manajemen air harus dikelola dengan serius agar pada musim kemarau, masih ada cadangan air untuk pertanian disamping menerapkan SRI yang tidak konsumtif terhadap air. “Pembuatan waduk, bendungan, dam-dam, embung dan sebagainya merupakan langkah nyata yang telah dilakukan Pemkab Ngawi untuk me-manajemen air, akan tetapi sekali lagi, semua itu tidak akan lancar tanpa bantuan dari masyarakat untuk menjaga dan mengelolanya,”ujar beliau. Mengakhiri sambutannya, beliau juga berharap agar SRI beserta jaringan jaringan pendukungnya bisa terus dikembangkan maksimal untuk kesejahteraan masyarakat.
No comments:
Post a Comment