Monday, March 1, 2010

Antisipasi Kekurangan Tenaga Penggarap, Petani Gunakan Sistem Tabela



Panen raya padi hibrida sistem Tabela yang dilaksanakan di desa Sidorejo, Kecamatan Geneng (1/03/2010) menyisakan cerita tersendiri. Sebagai sebuah sistem baru, tabela atau tanam benih langsung memang memiliki beberapa keunggulan yang membuat sistem ini dengan cepat bisa menarik perhatian petani. Adapun keunggulannya adalah : Sistem tabela hemat kebutuhan air hingga 20% per musimnya, Hemat kebutuhan tenaga kerja tanam. Dengan sistem tabela kebutuhan tenaga kerja penanam untuk luasan 1 hektar adalah lima orang tenaga kerja dengan waktu + 4 jam sehingga besar biaya akan jauh lebih murah jika dibandingkan dengan budidaya dengan sistem yang selama ini dipakai petani, Hemat waktu karena tidak diperlukan kegiatan persemaian, Tanaman tumbuh lebih cepat karena tidak memerlukan waktu untuk penyesuaian lahan dan menghasilkan anakan yang dapat berproduksi secara maksimal. Hasil produksi lebih tinggi dibandingkan dengan sistem tanam pindah dan tanaman lebih tahan terhadap serangan hama penggerek batang / Sundep.
Akan tetapi beberapa keunggulan tersebut tidak serta merta membuat tabela jauh dari kelemahan. Salah satu yang mengemuka adalah jatuhnya benih tidak merata pada waktu penyebarannya. Hal ini disebabkan sistem tabela menggunakan alat bantu atabela (alat tanam benih langsung) / peralatan yang dilengkapi dengan roda.
Untuk itu, Bupati Ngawi dr. Harsono yang secara langsung memimpin panen raya sistem tabela bayer ini mengatakan, apa yang telah dilakukan Bayer selaku partner petani dalam bercocok tanam padi sistem tabela ini pantas untuk di apresiasi dan ditindaklanjuti karena telah membuktikan beberapa hasil positif bagi petani. Pernyataan Bupati dibenarkan Moh. Rizkon selaku perwakilan Bayer. Selanjutnya Rizkon menegaskan bahwa Bayer akan terus berkomitmen sebagai partner petani dengan membantu petani mengembangkan inovasi teknologi pertanian yang salah satunya bisa dibuktikan dengan terciptanya sistem tabela beserta baytani atau alat tebar benih langsung. Baytani dirancang bangun dengan harapan, sistem tabela dapat menjadi alternatif dalam bercocok tanam padi selain sistem pindah tanam. Sekaligus sebagai solusi makin sulitnya tenaga tanam. Dan yang lebih penting, tabela baytani merupakan teknologi bertanam padi hemat air. Secara teori antara tabela dengan sistem pindah tanam, kebutuhan airnya berbeda. Pada sistem pindah tanam, yang ditanam adalah bibit sehingga perlu air untuk penggenangan.Jika tidak digenangi, maka bibit akan mati. Sedangkan pada tabela, biji yang ditanam akan tumbuh dalam situasi aerob, jadi bila digenangi jadi bila digenangi akan mati. Jadi, diperlukan kondisi yang tidak tergenang. Dari sisi bahan yang ditanam saja menunjukkan tabela memang hemat air. Setelah sebar benih sampai umur 19 hari, kondisi lahan hanya macak-macak. Pada umur 10—30 hari, tanaman memasuki masa pertumbuhan. Perbanyakan anakan akan berlangsung bagus bila diberikan air secara berkala 2—3 hari sekali. Air masuk cukup sampai memenuhi caren dan membasahi permukaan guludan. Setelah 30 hari dan seterusnya, tanaman bisa diperlakukan seperti sistem pindah tanam. Setelah sebar benih sampai umur 19 hari, kondisi lahan hanya macak-macak. Pada umur 10—30 hari, tanaman memasuki masa pertumbuhan. Perbanyakan anakan akan berlangsung bagus bila diberikan air secara berkala 2—3 hari sekali. Air masuk cukup sampai memenuhi caren dan membasahi permukaan guludan. Setelah 30 hari dan seterusnya, tanaman bisa diperlakukan seperti sistem pindah tanam.
“,Lima hingga sepuluh tahun kedepan, minat para pemuda untuk menjadi petani akan semakin berkurang, hal ini disebabkan beberapa faktor, sehingga pada masa itu nantinya tenaga penggarap tani secara otomatis juga akan berkurang. Untuk itu, saya sangat mendukung bila sistem tabela dikatakan hemat tenaga. Selain itu juga bisa menjadi langkah antisipasi bila kedepannya tenaga penggarap padi memang benar benar menipis”, ungkap Bupati menanggapi pernyataan Rizkon seputar hemat tenaga sistem tabela
Terkait dengan ketersediaan bibit, Bupati juga menghimbau para petani agar lebih kreatif mengembangkan diri, tidak hanya menggantungkan pada bibit padi hibrida akan tetapi juga mampu menciptakan dan membudidayakan bibit sendiri. Hal ini bertujuan selain hibrida kurang begitu maksimal untuk daerah tropis seperti Ngawi, juga bermaksud untuk menghilangkan ketergantungan terhadap bibit hibrida. “, Kalau petani sudah ketergantungan, suatu saat bila bibit hibrida ini harganya naik, para petani sendiri yang akan cotho “, kelakar Beliau. “, Selama ini, Ngawi selalu mengembangkan pertanian melalui 3 manajeman yaitu, manejemen lahan, menajemen air dan manajemen pola tanam dan bayercorp dengan tabelanya telah masuk kedalam 3 mola manajemen ini, Untuk itu, sekali lagi, Pemkab Ngawi mengucapkan terima kasih pada Beyercorp yang telah membantu masyarakat Ngawi dalam inovasi dan improvisasi teknologi pertanian, sekaligus membantu Pemkab yang selama ini terus berusaha mengembangkan pertanian sebagai mainbase pembangunan di Ngawi “, Pungkas beliau mengakhiri sambutannya.

No comments:

Post a Comment