



Tanaman padi bukan tanaman air tapi tanaman yang hanya membutuhkan seefisien mungkin dalam penggunaan air, dengan pengelolaan lahan secara baik serta memakai pupuk organik yang lebih mengutamakan peningkatan kualitas tanah, sehingga akan mendapatkan hasil panen yang baik. System of Rice Intensification (SRI) suatu program yang telah dicetuskan oleh Dirjen Pengelolaan Lahan dan Air, pasalnya tanaman padi selama ini perlu ada suatu pembenahan mulai pengolahan lahan dan pengelolaan airnya. “SRI” merupakan salah satu metode pendekatan dalam praktek budidaya padi yang menekankan pada manajemen pengelolaan tanah, tanaman dan air melalui pemberdayaan kelompok dan kearifan lokal yang berbasis pada kegiatan ramah lingkungan atau secara sederhana bisa diartikan teknik budidaya pertanian yang non konvensional yang mampu menawarkan hemat air, benih dan pupuk dengan budidaya padi.
Keberhasilan teknik budidaya pertanian dengan metode System of Rice Intensification (SRI) menggembirakan berbagai pihak. Terbukti mampu memikat Menteri Pertanian RI Ir. H. Suswono, M.MA. yang diwakili oleh Dirjen Pengelolaan Lahan dan Air Kementerian Pertanian RI Ir. Hilman Manan Dipl. HE., beserta rombongan dalam acara Panen Raya SRI Skala Luas 600 Hektar di Kabupaten Ngawi. Hadir pula dalam acara tersebut Kepala Dinas Pertanian Propinsi Jawa Timur beserta rombongan, Muspida kabupaten Ngawi, Ketua DPRD Kabupaten Ngawi, Wakil Bupati Ngawi dan para kelompok tani sewilayah Kabupaten Ngawi. Acara berlangsung di Desa Geneng Kecamatan Geneng Kabupaten Ngawi Jum’at 25 Juni 2010.
Kunjungan kerja ini disambut langsung oleh Bupati Ngawi dr. H. Harsono, dalam kesempatannya beliau menyampaikan bahwa penerapan metode SRI yang melibatkan 2 Kecamatan yakni Kecamatan Geneng dan Gerih, 6 Desa, 6 HIPA, dan 30 kelompok tani, serta satu hamparan irigasi tejo, menampakkan hasil yang memuaskan, dengan hasil rata - rata 1 hektarnya adalah 9,6 ton sampai 11 ton. Lebih lanjut Bupati juga menjelaskan, Dengan telah berdirinya rumah kompos – rumah kompos di Kabupaten Ngawi khususnya di Kecamatan Geneng, sehingga penggunaan pupuk an organik bisa dikurangi. Sebelum ada program SRI, penggunaan pupuk an organik atau urea bisa 800 kg sampai 1,3 ton dalam 1 Hektarnya, melalui metode SRI sudah mulai turun, berkisar 400 kg bahkan ada yang 200 kg per Hektar, dengan demikian petani masih diuntungkan, ungkap beliau.
Sementara Perwakilan Kementrian Pertanian RI Dirjen PLA, Ir. Hilman Manan Dipl. HE., dalam sambutannya menyampaikan, Pemerintah secara terus menerus telah melakukan segala upaya untuk meningkatkan produktivitas lahan melalui berbagai inovasi teknologi seperti dalam Penggunaan kwalitas unggul baik hibrida maupun non hibrida, pemupukan berimbang, pengendalian UPT secara terpadu dan penerapan PTT serta salah satunya program SRI seperti yang dilakukan di Kabupaten Ngawi. Metode SRI telah terbukti meningkatkan efisiensi penghematan penggunaan pupuk sebagai sarana produksi, penghematan air 40 – 50%, penggunaan bibit mendekati 90% yang umumnya berkisar 80 – 85% dan penghematan penggunaan pupuk pestisida yang juga akan menekan biaya produksi. Budidaya padi organik metode SRI mengutamakan potensi lokal dan disebut pertanian ramah lingkungan, akan sangat mendukung terhadap pemulihan kesehatan tanah dan kesehatan pengguna produknya. Pertanian organik pada prinsipnya menitik beratkan prinsip daur ulang hara melalui panen dengan cara mengembalikan sebagian biomasa ke dalam tanah, dan konservasi air, mampu memberikan hasil yang lebih tinggi terbukti telah berhasil meningkatkan produktifitas padi sebesar 50% , bahkan di beberapa tempat mencapai lebih dari 100%.
Beliau juga mengapresiasi positif kegiatan tanam dengan metode System of Rice Intensification (SRI) skala luas karena selain mendukung ketersediaan pangan secara nasional juga memberikan solusi positif bagi permasalahan pertanian secara maksimal untuk kesejahteraan masyarakat. Usai panen raya, kunjungan kerja dilanjudkan dengan peninjauan lokasi rumah Kompos dan saluran jitut – jides di desa guyung. (edo/eko)
Keberhasilan teknik budidaya pertanian dengan metode System of Rice Intensification (SRI) menggembirakan berbagai pihak. Terbukti mampu memikat Menteri Pertanian RI Ir. H. Suswono, M.MA. yang diwakili oleh Dirjen Pengelolaan Lahan dan Air Kementerian Pertanian RI Ir. Hilman Manan Dipl. HE., beserta rombongan dalam acara Panen Raya SRI Skala Luas 600 Hektar di Kabupaten Ngawi. Hadir pula dalam acara tersebut Kepala Dinas Pertanian Propinsi Jawa Timur beserta rombongan, Muspida kabupaten Ngawi, Ketua DPRD Kabupaten Ngawi, Wakil Bupati Ngawi dan para kelompok tani sewilayah Kabupaten Ngawi. Acara berlangsung di Desa Geneng Kecamatan Geneng Kabupaten Ngawi Jum’at 25 Juni 2010.
Kunjungan kerja ini disambut langsung oleh Bupati Ngawi dr. H. Harsono, dalam kesempatannya beliau menyampaikan bahwa penerapan metode SRI yang melibatkan 2 Kecamatan yakni Kecamatan Geneng dan Gerih, 6 Desa, 6 HIPA, dan 30 kelompok tani, serta satu hamparan irigasi tejo, menampakkan hasil yang memuaskan, dengan hasil rata - rata 1 hektarnya adalah 9,6 ton sampai 11 ton. Lebih lanjut Bupati juga menjelaskan, Dengan telah berdirinya rumah kompos – rumah kompos di Kabupaten Ngawi khususnya di Kecamatan Geneng, sehingga penggunaan pupuk an organik bisa dikurangi. Sebelum ada program SRI, penggunaan pupuk an organik atau urea bisa 800 kg sampai 1,3 ton dalam 1 Hektarnya, melalui metode SRI sudah mulai turun, berkisar 400 kg bahkan ada yang 200 kg per Hektar, dengan demikian petani masih diuntungkan, ungkap beliau.
Sementara Perwakilan Kementrian Pertanian RI Dirjen PLA, Ir. Hilman Manan Dipl. HE., dalam sambutannya menyampaikan, Pemerintah secara terus menerus telah melakukan segala upaya untuk meningkatkan produktivitas lahan melalui berbagai inovasi teknologi seperti dalam Penggunaan kwalitas unggul baik hibrida maupun non hibrida, pemupukan berimbang, pengendalian UPT secara terpadu dan penerapan PTT serta salah satunya program SRI seperti yang dilakukan di Kabupaten Ngawi. Metode SRI telah terbukti meningkatkan efisiensi penghematan penggunaan pupuk sebagai sarana produksi, penghematan air 40 – 50%, penggunaan bibit mendekati 90% yang umumnya berkisar 80 – 85% dan penghematan penggunaan pupuk pestisida yang juga akan menekan biaya produksi. Budidaya padi organik metode SRI mengutamakan potensi lokal dan disebut pertanian ramah lingkungan, akan sangat mendukung terhadap pemulihan kesehatan tanah dan kesehatan pengguna produknya. Pertanian organik pada prinsipnya menitik beratkan prinsip daur ulang hara melalui panen dengan cara mengembalikan sebagian biomasa ke dalam tanah, dan konservasi air, mampu memberikan hasil yang lebih tinggi terbukti telah berhasil meningkatkan produktifitas padi sebesar 50% , bahkan di beberapa tempat mencapai lebih dari 100%.
No comments:
Post a Comment